Surat untuk Ibu
1:54 PM
Dongdaemon-guu, Seoul
6th August 2010
Yang tersegalanya bagiku
di Yogyakarta, Indonesia
Ibu,
ini anakmu bu. Sedang merantau beberapa bulan menimba ilmu memperluas wawasan. Ini pertama kalinya aku berpisah jauh dengan mu,bu. Jangan khawatir, anakmu disini baik-baik saja. Aku tetap berada di koridormu, tetap seperti anakmu yang biasanya, tetap menetapi janjiku padamu.
Ibu,
masih ingat kan kita sering menghabiskan waktu di sore hari bersama. Menonton infotaiment atau drama korea bersama. Engkau selalu menitikkan air mata disetiap adegan mengharukan dan aku kan berkata “please,bu. Ini nggak mengharukan” Taukah kau, bu, sesunggunya aku sedang menahan tangis juga saat itu, hanya saja aku terlau gengsi menangisi adegan itu bersama mu. Takut kau cemooh dengan mengembalikan kata-kataku. :)
Ya, anakmu ini punya rasa takut malu yang luar biasa,bu. Semalu itu pula aku mengucap sayang kepadamu. Aku ingin, ingin sekali mengecup pipimu, mengelus kakimu, sembari meminta maaf dan mengungkapkan betapa aku sayang padamu bu. Sayang sekali. Bahwa hidup ini selain aku persembahkan untuk Tuhan juga untukmu bu. Segalanya untukmu. Untuk kebahagianmu, kebanggaanmu.
Ibu,
disini aku ingin meminta maaf atas segala kekhilafan yang telah dan selalu aku buat. Berkata kasar atau menyentakmu karena kita selisih pendapat. Maafkan anakmu bu. Sungguh aku menyesal. Aku menangis bu sehabis berbuat itu padamu, sehabis menorehkan luka baru pada hatimu. Aku bersujud pada Tuhan Maha Pengampun, berharap Dia dan tentu saja engkau memaafkan aku.
Ibu,
kita selalu bercanda akan jodoh. Bisa tak ada habisnya ketika sedang membahas topik ini. Menyeleksi bersama lelaki yang tepat untukku kelak. Ya, aku tahu ini bukan sembarang seleksi, ada landasan teori dan ketetapan yang kau punya. Semua karena kau ingin aku mendapat yang terbaik. Mungkin saat ini aku belum tahu sisi baik pilihanmu, tapi aku yakin suatu hari nanti aku akan menemukan poin itu. Aku yakin kau selalu benar,bu. Karena pilihanmu disertai dengan bumbu-bumbu doa untukku. Doa yang selalu kau panjatkan di setiap salat atau mungkin disetiap detik hidupmu.
Ibu,
betapa kau selalu memikirkan aku disetiap harimu. Snack kantor yang kau dapat seringkali tak kau makan di tempat, karena kau tahu aku menyukainya. Kau bawa pulang supaya kita dapat memakannya bersama sembari berbagi pengalaman hari ini. Sedangkan aku? Makan enak sendirian di luar bersama teman tanpa terbesit untuk membelikannya untukmu. Ah betapa tidak tahu terimakasihnya anakmu ini, bu...
Ibu,
aku persembahkan sebuah puisi kecil untukmu. Bukan puisi terbaik yang aku buat, bukan pula puisi indah yang akan membuatmu mengharu biru. Ini hanya berbaris puisi ungkapan hati kerinduan anakmu selama tinggal di sebuah sudut kota sendirian. Kota yang indah, tapi tidak seindah senyumu. Tidak ada yang seindah itu.....
Berbagai bentuk pelangi aku tatap
Beratus pantai aku singgah
tapi tidak ada yang seindah senyum ibuku...
Dengan segala rasa sayang
dari anakmu,
Nabilla Sekarsari
0 komentar